Tenun Ikat NTT
Pesona Tenun Ikat NTT mungkin belum setenar kain batik. Tapi tenun ikat NTT ini rasanya kain tradisional yang wajib kita miliki sebagai wanita Indonesia. Mahal? Ya memang, sebanding dengan proses pembuatannya yang tidak main-main. Berbulan-bulan duduk menenun dilakukan oleh wanita NTT demi menghasilkan selembar kain yang indah. Proporsi warna yang indah dan tampak rumit seolah membuat sangsi bahwa itu betul-betul hasil karya tangan manusia.
Indonesia memang memiliki beragam warisan budaya yang membuat kita pantas untuk berbangga. Jika kita tilik dari mulai pariwisata kita dapat membusungkan dada. Pariwisata Indonesia memang membuat banyak mata negara lain di dunia menjadi iri. Keindahan yang sangat alamiah memang menjadikan negara kita trend setter pariwisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
Namun ternyata tidak hanya itu saja yang membuat negara kita menjadi sangat terkenal. Kekayaan kuliner juga membuat banyak lidah para “bule” berdecak kagum. Negara kita memang negara penyihir, mata, lidah bahkan tubuh semua wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dapat pasti dikatakan akan jatuh cinta dan kembali lagi, lagi, dan lagi.
Hal lain yang membuat Indonesia pantas untuk terus dikagumi telah saya temukan pada liburan kemarin ketika saya memutuskan untuk pergi ke NTT. Tenun ikat khas NTT adalah jawaban saya atas mata yang terbelalak kagum dan tangan yang tak henti hentinya menelusur motif indah pada selembar kain yang saya pegang. Nilai seni yang tinggi memang akan menciptakan hasil yang tak pernah diragukan lagi keindahannya. Kain Ikat menjadi salah satu kain kebanggaan nusantara dan agaknya saya telah menemukan alasannya. Indah, indah, dan menakjubkan itulah jawaban saya.
Pesona tenun ikat NTT tidak hanya menyihir saya, banyak wisatawan mancanegara yang bahkan tak mampu berkedip ketika melihat kain ini dipajang dengan rapi pada selasar. Dominasi warna gelap namun tetap berkesan cantik dan memikat memang dihasilkan dari proses pewarnaan alami yang dilakukan oleh masyarakat pengrajin.
Kearifan lokal ini memang membuat saya semakin tercengang saja, di zaman yang modern, serba instan dan tinggal pilih saja masih ada kelompok masyarakat yang harus dengan bersusah payah mencari kayu, daun, dan berbagai bahan lainnya untuk mewarnai kain. Memang sungguh menakjubkan, kata kata itu terucap berkali-kali dari mulut saya.
Lebih takjub lagi ketika menyentuh tenunan yang rapi dan dipenuhi oleh motif. Beragam tenunan yang dipajang memang memiliki motif berbeda yang kata pemandu wisata yang ada di kelompok sebelah memiliki makna tersendiri juga. Saya hanya menyimk dalam diam, masih memegangi kain tenun yang seolah tak ingin saya lepaskan ini, kuping saya memanjang dan berubah menjadi telinga gajah, menjangkau penjelasan tetangga sebelah yang menyewa pemandu yang mengerti dan mahir sejarah.
Motif-motif tenun ikat NTT yang ada di kain memang merupakan adat istiadat masyarakat lokal. Seperti yang dapat dilihat pada kain yang bertajuk Zawo Ngaja Soke Mata Mere. Memang nama yang agak asing ditelinga saya, lantas saya pun menoleh, melangkahkan kaki mendekati rombongan, tidak terlalu dekat untuk disangka ikut ikutan namun tidak terlalu jauh sehingga masih cukup paham dengan kain yang dijelaskan.
Ada gambar seekor binatang di situ, samar namun cukup tertebak. Kain tersebut di tenun dengan perpaduan tenun ganda yang dapat dikatakan cukup rumit untuk dijelaskan, dengan tenun lungsi dan tenun sederhana, kain bergambar gajah tersebut menjadi pusat perhatian. Sang pemandu terus saja berkicau dan saya masih terus mendengarkan.
Ia lantas menjelaskan kalau masyarakat lokal percaya bahwa gajah adalah hewan kesayangan para dewa. Menurut kepercayaan banyak dewa-dewa yang memilih untuk menunggang gajah ketimbang hewan lainnya, oleh karena itulah maka gajah menjadi salah satu motif yang cukup sakral dalam sebuah tenun ikat. Bergeser ke era yang lebih modern, masyarakat lokal mulai memiliki ragam motif yang lebih banyak.
Kedatangan kaum indo cina ke NTT bahkan menyumbangkan salah satu motif yang cukup disukai yakni motif kanji. Hal itu memang menjadi bukti sejarah yang nyata bahwa masyarakat Indo Cina pernah melabuhkan kapal mereka di NTT dan melukis sejarah yang cukup dalam di peradaban.
Meskipun begitu, beragam motif kain tenun ikat NTT ini sudah mulai memudar dan punah. Sepinya minat masyarakat untuk menggunakan kain ini membuat banyak pengrajin yang terpaksa gulung tikar dan mencari mata pencaharian lain serta melupakan kecintaan mereka akan budaya leluhur. Dan kita harus,.. bla…bla..bla… saya pergi meninggalkan pemandu kelompok tersebut dan beranjak untuk mengeksplor yang lain. Sedikit info gratis, cukup untuk otak yang lapar.
Leave a Reply