Sasando Alat Musik NTT
Sasando, Alat Musik Eksotis Khas Pulau Rote NTT.
Mengunjungi Nusa Tenggara Timur kita tidak akan pernah merasa bosan. Tidak hanya karena keindahan alamnya yang terbilang snagat eksotis, kita juga akan disuguhi beragam sajian mulai dari kuliner khas yang menggoyang lidah hingga musik yang mendayu-dayu di telinga. Sangat senang untuk kembali ke NTT lagi dan menginjakkan kaki di tanah yang sangat kaya akan budaya ini.
Lahir dan besar di pulau Jawa memang menjadikan saya haus akan budaya dari bagian Indonesia lainnya terutama dari area eksotis ini. Beberapa kali bersinggah tak pernah membuat saya puas. Rasa ingin tahu yang besar memang menjadikan saya selalu penasaran akan banyak hal yang dapat saya temui di beragam tempat yang saya kunjungi, salah satunya NTT.
Kali ini bukanlah tempat wisata, pantai yang indah, gunung yang menyejukkan dan beragam kuliner yang akan memperkaya lidah kita namun saya sangat tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai Sasando, alat musik eksotis khas pulau Rote yang cukup terkenal itu. Setelah bertanya ke sana kemari dan mencari akhirnya saya berhasil menemukan seseorang yang rela menjelaskan banyak kepada saya.
Mendengar penjelasan akan alat musik tersebut dan menikmati alunannya membuat saya seolah terlempar jauh ke masa lalu, saat manusia masih sungguh dekat dengan alam, di mana bahkan daun-daun menghasilkan nyanyian bagi manusia, bukan besi mati.
Alat musik ini memang sudah dikenal oleh masyarakat Rote sejak abad ke 17. Jika saya mengamati sekilas memang mirip dengan girt, memiliki kesamaan yaitu sebagai alat musik petik yang menghasilkan sejumlah nada merdu yang jika digabungkan dalam harmonisasi akan menjadi lagu khas yang mendayu.
Jika melihat struktur nadanya maka kita akan dengan mudah membagi Sasando menjadi dua jenis saja, yaitu Sasando Gong dan Sasando Biola. Dua jenis Sasando ini dibedakan dengan menilik dawai dan jenis nadanya, Sasando Gong memiliki susunan nada pentatonik yang terdiri dari dua belas dawai yang dapat dipetik dan menghasilkan nada yang berbeda beda.
Jenis Sasando yang kedua disebut Sasando Biola karena memilik susunan nada diatonik dengan jumlah dawai mencapai hingga 48 buah. Sasando jenis ini memiliki lebih banyak kelebihan jika dibandingkan dengan Sasando Gong. Lebih banyak lagu yang dapat dimainkan dan nyanyain yang diiringi menggunakan Sasando Biola. Sasando Gong memiliki kekhasan karena biasanya memang hanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu daerah khas masyarakat Rote saja.
Jika berdasarkan cerita masyarakat Rote sendiri, Sasando memiliki sejarah yang sangat unik yang dipercaya secara turun temurun hingga kini. Alat musik ini berasal dari mimpi seorang lelaki yang bernama Sangguana yang kemuadian jatuh cinta dengan seorang putri Raja. Raja tersebut sangat suka akan musik sehingga sebagai syarat persetujuan penikahan Sangguana dan putrinya, Raja memerintahkan Sangguana untuk menciptakan sebuah alat musik yang sama sekali baru yang memiliki bunyi indah dan belum pernah ada di dunia.
Berdasarkan mimpinya, Sangguana menciptakan Sasando dan akhirnya berhasil menikah dengan putri raja tersebut dan hidup bahagia. Hingga kini masyarakat pulau Rote tetap memegang cerita legenda tersebut sebagai asal muasal adanya alat musik Sasando kepercayaan mereka. Sasando sendiri berasal dari bahasa asli masyarakat Rote yakni Sasandu yang jika diartikan memiliki arti bergetar atau berbunyi.
Agaknya penamaan itu memang sangat cocok dengan alat musik unik dan eksotis ini karena memang demikianlah cara kerjanya, berbunyi karena getaran dawai. Meskipun terlihat sederhana dalam cara memainkannya namun sebenarnya menghasilkn bunyi harmonisn dan merdu dari Sasando tidaklah semudah gitar atau alat musik petik lainnya.
Cara memainkan Sasando lebih dapat dikatakan mirip dengan harpa dimana kedua tangan memetik dawai sehingga menghasilkan nada yang selaras dan indah. Tangan kanan memiliki fungsi untuk memainkan accord dan tangan kiri memiliki fungsi untuk memainkan melodi atau bass. Dengan fungsi yang berbeda itulah maka sudah dapat dipastikan memainkan Sasando cukup membuat otak berputar. Seperti saya yang memandangi bapak di depan saya memainkan Sasando, bingung dan takjub.
Leave a Reply