Review Film The Finest Hour.
Kisah-kisah nyata yang difilmkan memang selalu membawa kesan tersendiri bagi mereka yang menontonnya.
Salah satunya adalah film The Finest Hour yang dibintangi oleh Christ Pine yang berperan sebagai Bernie Webber sang coast guard atau penjaga pantai. Perannya memang terbilang sangat besar, seperti banyak penjaga pantai lainnya, kesigapan dalam memberi pertolongan sangatlah diperlukan.
Pekerjaan yang sangat erat dengan nyawa orang lain ini membuat para coast guard selalu siap sedia untuk membantu siapa saja yang berada dalam wilayah kewenangan mereka, tak terkecuali sebuah kapal tanker yang mengalami kecelakaan dan akan tenggelam. Segera Webber dan krunya mengarungi lautan berbadai untuk menolong mereka.
Meskipun masih diselipi dengan adegan percintaan antara Webber dan Mirriam yang terbilang sangat romantis, serta dilanjutkan menelisik kekhawatiran Mirriam sang kekasih ketika melihat Webber mengarungi badai hanya dengan sebuah sampan kecil.
Selanjutnya ada pula adegan penyelamatan yang dilakukan oleh Webber yang hampir memakan setengah durasi film, menegangkan memang namun tetap menghasilkan gambar yang apik dan menarik untuk ditonton. Bagian penyelamatan inilah yang dapat dikatakan sebagai bagian terbaik dari keseluruhan film ini karena menunjukkan emosi sang coast guard untuk benar-benar memastikan semuanya selamat.
Selain mengambil adegan tersebut, terdapat pula adegan dari dalam kapal tanker yang telah hampir tenggelam tersebut. Ray Sibert (Casey Affleck) sang kapten kapal serta krunya masih terus berusaha untuk bertahan hidup di dalam kapal tanker yang sudah hampir tenggelam dan dipenuhi oleh air tersebut.
Kata siapa tidak ada emosi? Dalam kapal juga terjadi perpecahan sehingga memperburuk keadaan yang sudah genting. Webber juga tentunya lebih penuh akan emosi karena ia harus menyelamatkan para kru kapal secepatnya dan sesegera mungkin.
Mengambil setting di sekitar Boston, Amerika, film ini memang tak banyak menghadirkan setting yang beragam. Kebanyakan gambar yang ditampilkan memang saat laut berbadai dan setting dalam kapal tanker yang terbelah dua, namun dapat dijamin film ini tetap akan membuat kita betah di kursi.
Berbicara tentang Amerika memang ada banyak tempat menarik yang dapat kita kunjungi, Boston sendiri merupakan salah satu daerah di Amerika yang terkenal memiliki beberapa tempat wisata yang akan sangat sayang jika kita lewatkan begitu saja.
Boston Tea Party dan Museum adalah salah satu tempat yang tak boleh kita lewatkan jika datang ke Boston. Sebuah replika akan menyambut kita untuk mengisahkan nama serta asal muasal museum tersebut dibuat.
Jika kita masih mengingat sejarah maka pastilah kita akan mengetahui mengenai perseteruan yang terjadi antara Inggris dan Amerika pada tahun 1770 mengenai pajak teh yang terlalu tinggi. Hal tersebut membuat keributan besar dan kemudian berakhir dengan dibuangnya semua teh yang dibawa ke dalam laut.
324 peti yang penuh dengan teh tersebut memang akhirnya bukan berakhir di cangkir-cangkir porselen mahal para petinggi namun di dalam perut ikan dan menyampah di lautan.
Sangat kental suasana dalam museum ini, tidak hanya sekedar suguhan mata, seorang laki laki yang berperan sebagai pemimpin akan naik ke atas podium dan berpidato berkobar-kobar untuk mengingatkan kita akan masa kelam tersebut. Memang sepaket agaknya, all out!
Masih dalam paket, selanjutnya kita dapat sungguh merasakan suasana di kapal saat teh-teh di buang, karena kita akan sungguhan naik ke atas kapal yang didekorasi sangat mirip dengan kapal pada masa itu.
Banyak replika awak kapal yang dibuat dengan lilin dan diletakkan dalam berbagai pose, termasuk juga sang kapten yang sedang duduk dan menulis.
Setelah itu kita akan sungguh diajak untuk membuang bungkusan teh yang sudah dibagi sebelumnya ke lautan sehingga benar-benar terasa suasana pada masa kelam perang tersebut.
Selain semua itu masih akan ada teh dingin yang akan mengakhiri hari panas anda. Jika anda mencari souvenir dan barang khas Boston lainnya maka di sekitar tempat itu juga ada took yang khusus menjual souvenir beraneka bentuk. Memang sangat kental akan sejarah namun tetap asyik untuk diikuti, Boston memang Oke!
Leave a Reply