Pasar Seni Sayang-sayang Lombok
Pasar Seni Sayang-sayang Lombok.
Berburu Souvenir di Pasar Seni Sayang Sayang Lombok.
Apa yang terlintas di benak anda jika seseorang mengatakan kata “Lombok” kepada anda? Pantai yup, betul sekali namun adakah hal lainnya yang teringat selain pantai? Tidak? Kalau begitu mari kita melihat sebuah temat wisata lainnya yang wajib anda kunjungi ketika pergi ke Lombok. Memiliki pantai yang menawan dan membuat saya berdecak kagum, Lombok memang sebuah surga kecil yang tertutup oleh silaunya Pulau Dewata. Memang hanya berjarak sepenggal saja, Pulau Dewata dan Lombok memiliki banyak keseragaman hal. Namun meskipun begitu ada baiknya untuk berkunjung ke pulau ini dan merasakan atmosfer lainnya yang tidak akan dijumpai di Bali.
Saya sudah membuktikannya, ketenangan adalah salah satu hal yang akan anda jumpai di seluruh Lombok yang akan sangat sulit anda dapatkan di Pulau Bali. Karena kurang mendapat perhatian, Lombok memang memiliki sedikit wisatawan, hal inilah lantas yang agaknya membuat Lombok menjadi lebih ramah dan jauh dari kata macet.
Jika musim liburan tiba dan anda ingin berwisata, Lombok adalah jawaban yang tepat. Selain itu, berburu souvenir di Pasar Sayang Sayang Lombok juga dapat menjadi kegiatan yang megasyikan. Jika kita mengenal Bali dengan Sukowatinya, maka Lombok memiliki pasar seni yang tak kalah lengkap dan indah yaitu Pasar Sayang Sayang.
Berdiri sejak tahun 2001, pasar ini bertahan dalam gempuran era modern serta beragam pasar modern yang mulai merambah Lombok. Menjual berbagai jenis karya seni masyarakat sekitar membuat pasar ini akan sangat sayang jika ditinggalkan.
Hingga tahun 2011, pasar ini masih merasakan masa kejayaan yang luar biasa di mana semua souvenir habis diborong turis. Meskipun begitu, perpindahan Bandara Selaparang ke Lombok Tengah membuat pasar ini mulai meredup. Meskipun harga yang dipatok terbilang lebih murah jika dibandingkan dengan toko souvenir lainnya namun tetap saja Pasar Sayang Sayang sepi pembeli.
Beragam gelang, gantungan kunci, kalung manik, asbak, gerabah, gangsing Lombok dan pernik lainnya tergeletak mengganggur di pasar ini. Berdiam adalah cara yang salah untuk menghadapi perubahan hal ini, benar dirasakan oleh semua pemilik toko souvenir di Pasar Sayang-sayang ini. Oleh karena itu merekapun sepakat untuk mengadakan inovasi dan berbagai pembaharuan yang akan membuat banyak wisatawan kembali berkunjung ke Pasar Sayang Sayang mereka lagi.
Harga memang menjadi patokan utamanya, putar akal putar otak maka diputuskan untuk mengambil barang kerajinan semi jadi dari pengrajin dan melanjutkan produksi di rumah atau di toko membuat banyak pemilik toko berhasil menekan harga hingga serendah-rendahnya dan membuat souvenir menjadi lebih menarik.
Pewarnaan dan proses lainnya menjadi kegiatan yang menekan biaya produksi dan membuat mereka berhasil menekan harga jual yang tinggi. Hal ini memang terdengar sebagai inovasi yang cukup menarik. Saya pun hanya dapat terdiam mendengar pemilik toko ini menawarkan barang sambil bercerita.
Jika saya lihat dengan teliti barang barang yang dipajang bukanlah barang yan dibuat asal jadi saja. Bahkan hingga gantungan kunci yang biasanya dinilai sepele dan sebelah mata memiliki tingkat kerumitan yang lumayan membuat mata takjub dan berdecak kagum. Tentu saja belum terhitung dengan berbagai kerajinan lainnya seperti gerabah yang bahkan memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi. Bergeser ke sebelah saya melihat mutiara aneka design yang dipajang dalam etalase kaca berlampu terang.
Agaknya saya mulai amnesia ketika mengagumi kerajinan kayu dan lainnya lantas lupa bahwa mutiara Lombok adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan. Memiliki warna yang cantik dengan kilau yang lembut memikat, mutiara-mutiara tersebut terlihat seperti wanita wanita manis dengan senyum malu malu.
Rangkaian gelang, kalung, hingga penghias telinga memang memiliki harga yang lumayan mahal.
“ Kalau yang itu memang segitu, gak bisa di tawar jauh-jauh,” ucap sang pemilik toko melihat saya lama terdiam di depan etalase.
Karena memang tidak terlalu berminat membeli akhirnya saya pun hanya tersenyum dan meninggalkan tempat itu.
Leave a Reply