Selamat Jalan Mbak NIRA STANIA…
Jodoh, Rejeki dan Kematian adalah Rahasia Allah SWT…
FOTO
Sama halnya dengan rahasia tentang rejeki dan jodoh, tidak ada yang tahu kapan, di mana dan bagaimana seseorang akan mati. Karena kematian menyangkut terpisahnya ruh dengan badan, dan tidak ada yang tahu banyak tentang Ruh kecuali Allah SWT.
Firman Allah dalam Surat Yunus Ayat 49 (artinya) :
“Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).”
———————————————————————————————————————————————————
Sabtu, 11 Mei 2013, 19.47… Saya, bang Deddy dan beberapa SO (staff Officer) berkunjung ke IndoBatt di Sektor Timur (UNP 7-1), kira-kira 2 jam perjalanan dari Naqoura, homebase kami.
Sekitar pukul 19.00 saya membaca status blackberry Bunda Ria (begitu keluarga kami memanggil mbak Ria Djon Afriandi), dan juga status Dang Rina (kakak tertua Donga Djon) yang semuanya kompak mohon bantuan doa tentang kesembuhan mbak Nira. Langsung saya BBM mbak Ria dan Dang Rina, Mbak Ria yang segera respon hanya memberikan emoticon yang menandakan orang menangis ttg kondisi mbak Nira. Bunda minta bantuan doa untuk kebaikan mbak Nira karena kondisinya sudah comma. Tak lama kemudian, Bunda Ria update dan kemudian pun Dang Rina ganti status BB, tepat pukul 12.00 WIB (jam 8 waktu Lebanon) mbak Nira dipanggil oleh Allah SWT.Tak lama kemudian, istri saya juga mengabarkan bahwa Mbak Nira sudah tiada melalui kalimat-kalimat sedih dari BBMnya.
Flashback waktu kebelakang…
Yang kami kenang tentang Almh. Nira Stania (Nira Stenawaty), ybs adalah istri Fauzan Afiff, adik kandung Donga (Bang) Djon Afriandi, teman seperjuangan saya sejak di AKMIL, Kopassus dan sampai saat ini mereka sekeluarga sudah menjadi keluarga kedua kita. Fauzan juga adalah seorang sahabat bagi saya, terlepas dia adiknya Donga Andi, juga karena sejak lama kita sudah berteman, dan itu juga adanya kesamaan team sepakbola favorit kita (Liverpool FC). Bahkan saat Fauzan berlibur ke Inggris, dia membawakan saya jersey original « The Reds « yang dia beli di Anfield Stadium…
Tidak ada sedikitpun kesan negatif tentang mbak Nira. Sebagaimana sebagian besar keluarga besar Datuk Affif yang saya kenal, Mbak Nira yang cantik, perangainya sangat ramah, baik hati, sederhana dan penuh kekeluargaan.
Sepanjang ingatan saya, pertama kali ketemu dengan Mbak Nira adalah di Komp. Perumahan DPR/MPR Kalibata, sekian tahun yang lalu (sekitar 1995/1996?). Saat itu Mbak Nira masih pacaran dengan Fauzan, belum syah menjadi istrinya. Saya yang baru lulus pendidikan Komando, meluangkan waktu pesiar kesana dengan Donga Andi. Dalam perkembangannya, setelah saya menikah, Mbak Nira pun kemudian otomatis menjadi teman isteri saya.
Tak banyak cerita setelah itu tentang Fauzan dan Mbak Nira, kita semua sama-sama sibuk, sesekali bertukar sapa melalui BB, ucapan ulang tahun di FB, dsb. Tetapi perkembangan, kita selalu saling mengikuti baik melalui Donga, Dang Rina, Bunda, atau Datuk dan Anun (Itu adalah nama-nama panggilan tradisional Bengkulu yang saya dan keluarga saya ikuti).
Fauzan, Mbak Nira dan keluarga meluangkan waktu disela-sela padatnya pekerjaan dan jadwal shooting saat itu untuk menghadiri acara selapanan anak pertama saya, Callista Dhiandra Ghassani di Bandung sekitar bulan April 2010. Lalu kita ketemu lagi pada saat acara selapanan anak pertama Donga Djon Afriandi, Dhevdan Annafi Afriandi tahun 2011 di Serang.
Foto kenangan bersama Mbak Nira Stania, April 2010…
FOTO
Mbak Nira dan keluarga…
FOTO
Sejak awal tahun 2011 saya didaulat untuk menjadi Komandan Latihan Terpusat PTPAD (Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat) yang pelaksanaan latihannya di Lapangan Terbang Pondok Cabe, Jakarta Selatan. Karena saya sudah menjabat Danyon di Solo saat itu, maka seminggu sekali saya bolak-balik Jakarta-Solo. Dan selama di Jakarta saya tinggal dirumah Datuk Affifudin Thaib (Orang tua Donga Andi).
Saya lupa kapan persisnya, sekitar akhir 2011 pada saat ngobrol, saya diberi khabar oleh Anun bahwa Mbak Nira melaksanakan operasi pengambilan kanker payudara di RS Pondok Indah… Masya Allah…seperti tidak percaya mendengarnya. Mengingat bahwa selama ini tidak pernah ada keluhan apapun atau mendengarnya sakit. Keesokan harinya, selesai latihan saya menyempatkan diri menjenguknya di Rumah Sakit. Saya ngobrol dengan mbak Nira, Fauzan dan Datuk di Rumah Sakit. Mbak Nira masih agak capek karena pengaruh obat saat itu, dan Fauzan menunjukkan kepada saya gumpalan daging sebesar Bakso ukuran sedang yang baru dikeluarkan dari payudara mBak Nira sehari sebelumnya. Saya bergidik ngeri dan mendoakan semoga Mbak Nira segera diberikan kesembuhan oleh Allah SWT.
Tak banyak khabar tentang Mbak Nira setelahnya, kecuali berita-berita perkembangan pengobatan yang saya peroleh dari istri saya. Bahkan saat saya cuti ke Indonesia akhir april kemarin kita sekeluarga akan membezuk mbak Nira dirumahnya, tapi tidak jadi.
Khabar malam itu begitu memukul keluarga besar Datuk Affif dan tentunya keluarga kami. Saya bisa merasakan itu dalam hati kecil saya sendiri dan kalimat-kalimat di BBM yang dikirimkan istri saya. Kepergian Mbak Nira meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Meskipun tidak secara intensif kami berhubungan, akan tetapi kesan itu begitu melekat. Senyumnya yang renyah penuh persahabatan membuat kami selalu mengingatnya. Sebelum meninggal, tak jarang perkembangan penyakit Mbak Nira menjadi topik pembicaraan kami berdua ketika istri saya menerima update berita dari Bunda Ria.
Malam ini, sambil saya merenung dan mendoakan semoga arwah Mbak Nira diterima disisi Allah SWT. Diterima semua amal baiknya, dilapangkan kuburnya dan diampuni dosa-dosanya. Tak ada yang sempurna dalam diri manusia, tak ada yang abadi dalam kehidupan ini. Semua berjalan atas kehendak-MU. Semoga Fauzan, Fressa dan Edgar diberikan ketabahan dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Saya yakin inilah yang terbaik untuk Mbak Nira.
Tulisan ini adalah renungan atas persahabatan keluarga kami dengan almh Mbak Nira Stania. Sebuah persahabatan dan jalinan kekeluargaan yang senantiasa abadi. Kami semua akan mengenangmu, mendoakanmu. Sebuah momen untuk mengingat bahwa suatu kepastian yang tidak bias dipungkiri bahwa suatu saat nanti kami akan menyusulmu ke alam sana.
Saya mengingatkan diri saya sendiri, istri dan keluarga saya untuk senantiasa berjalan atas perintah-NYA. Kematian akan datang kepada kita, tanpa pernah kita tahu kapan, dimana dan dengan cara apa. Mari siapkan segala amal perbuatan baik untuk bekal kita di alam selanjutnya.
Khusus untuk Fauzan, Fressa, Edgar dan seluruh keluarga besar Datuk Affifudin Thaib, kami sekeluarga turut merasa kehilangan dan berduka cita yang sedalam-dalamnya.
Selamat jalan Mbak Nira…kami akan selalu mengenangmu, akan selalu mendoakanmu…semoga Allah SWT menyayangimu di alam sana. Aminnnn
Naqoura, Senin, 13 Mei 2013…20.30.
Agus Widodo, Dyane Dorothy Aurora, Callista Dhiandra Ghassani, Balquist Minerva Widyarasmi
Leave a Reply